SILATURAHMI DENGAN KETURUNAN RUMAH RAJA BICARA TERAKHIR SEKALIGUS SURVEY KE TIGA (3) DALAM RANGKA NARASI SEJARAH CAGAR BUDAYA
Peninggalan Sejarah yang masih menjadi Obyek Cagar Budaya Kota Bima masih banyak yang belum ditetapkan sebagai Cagar Budaya Kota Bima dan ini menjadi PR buat kita. Oleh karena itu, Tim Verifikasi rutin melakukan survey dan pendataan guna mendapatkan data sejarah yang falid dan aktual sebagai bahan penetapan bagi Tim Ahli Cagar Budaya Kota Bima. Rumah Raja Bicara Terakhir, Abdul Hamid menjadi salah satu sasaran bagi Tim Verifikasi untuk dikaji dan di data sejarahnya dan kebetulan bertemu langsung dengan salah satu keturunanya yang masih hidup, yang bisa tim mintai keterangan dan informasi aktual sebagai sumber primer.
Rumah Raja Bicara Terakhir, kini hanya tinggal pondasi / dasar bangunan karena dulu pada masa pendudukan Jepang di rubuhkan dan sebelum dirubuhkan di ambil alih sebagai tempat tinggal Jepang. Kayu – kayu hasil rubuhan tersebut diambil dan di bawa ke rumah Me’e yang berada di Palibelo guna membangun tempat markas / Pos Pemantauan Udara Jepang di Palibelo. Sementara itu, keluarga Raja Bicara diusir dari rumahnya sendiri sehingga mereka tinggal di rumah keluarga yang berada di Bima, Dompu dan Sumbawa dan kebetulan pada saat itu Raja Bicara Abdul Hamid tengah berada di Kupang dalam pengasingan.
Rumah Raja Bicara Terakhir tersebut memiliki kemiripan dengan Asi Mbojo. Bentuk bangunan, pintu dan jendela maupun atapnya yang dari sirep semuanya mirip dan hampir sama dengan Asi Mbojo / Istana Bima. Rumah ini selain sebagai tempat tinggal juga berfungsi sebagai istana dan kantor sebelum dibangun Istana yang berada di Penaraga/Gedung Veteran. Bangunan ini terdiri dari 9 (sembilan) kamar, 9 (sembilan) jendela dan 9 (sembilan) pintu dan memiliki sampana dengan tangga susun 5 (lima). Pintu, jendela maupun langit-langit dan atapnya terbuat dari kayu jati. Pada saat rumah Raja Bicara Terakhir dirubuhkan, tentara Jepang menempati bangunan pavilium yang berada di sebelah Utara dan paviliun ini masih berdiri kokoh dan juga menjadi peninggalan sejarah Kota Bima.
Siti Rohanah S.S (Jabfung Pamong Budaya Subkoordinator Cagar Budaya dan Permuseuman)